PENGERTIAN IJAMBE
PENGERTIAN IJAMBE. Bagian upacara kematian pada masyarakat Dayak Ma’anyan di Kalimantan, berupa pembakaran tulang orang yang telah meninggal. Tulang-tulang ini digali kembali dari kuburan yang dianggap pemakaman sementara. Upacara seperti ini juga dikenal oleh suku bangsa Dayak lainnya. Orang Dayak Ngaju menyebutnya upacara tiwah, orang Ot-Danum menyebutnya daroy dan orang Siong menyebutnya totoh. Pembakaran tersebut merupakan penyucian roh (liau) orang yang telah meninggal. Dalam rangkaian upacara itu, orang yang telah disucikan diantarkan ke alam baka {lewu liau), alam yang serba indah, menyenangkan, dan serba sempurna. Tulang yang telah disucikan, artinya telah dibakar, disimpan dalam peti yang disebut tambak.
Upacara ijambe biasanya diadakan oleh sejumlah keluarga luas secara bersama-sama. Selain dilaksanakan secara besar-besaran, rangkaian upacara dapat berlangsung dari satu sampai tiga minggu. Karena biaya yang dibutuhkan sangat besar, upacara ini hanya dilaksanakan sekali dalam waktu 7-8 tahun.
Laporan penelitian Fridolin Ukur menceritakan upacara inti ijambe yang berlangsung 10 hari lamanya di Balawa pada tahun 1969. Jauh sebelum dimulainya upacara inti, para kerabat melakukan persiapan, seperti menyiapkan peti tulang, memusyawarahkan biaya upacara, menggali tulang dari kuburan, dsb. Setelah upacara inti ditutup pada hari ke-10, balai tempat pelaksanaan upacara masih harus dijaga sampai tujuh hari kemudian.
Pelaksanaan upacara selama 10 hari itu dilakukan secara rinci berdasarkan aturan, norma, dan kepercayaan tertentu. Pelaku-pelaku utama yang harus ada dalam pelaksanaan ijambe adalah wadian, pangulu, mantir, pamakal, dan demang. Setiap pelaku memegang peranan penting tersendiri. Di antaranya ada yang harus berperan siang dan malam. Wadian dalam upacara di Ballawa terdiri atas delapan wanita. Tugas mereka antara lain melakukan ritus penyucian terhadap semua pelaksana upacara agar terhindar dari segala bencana kemurkaan roh. Di antara tugasnya yang terpenting adalah mengantarkan roh si mati menuju ke alam abadi. Pengantaran roh ini dilakukan sepanjang malam melalui nyanyian- nyanyian yang telah dihafalkan di luar kepala. Setiap malam wadian membawakan nyanyian yang terdiri atas tiga bagian. Pertama, nyanyian ngele yang berfungsi membangunkan roh yang ada di dalam peti. Kedua, nyanyian nyarunai yang mengisahkan keagungan dan kejayaan kerajaan di alam baka yang dituju. Ketiga, nyanyian kiaen yang mengisahkan perjalanan roh menuju alam baka.
Pelaku utama yang lain, misalnya pangulu, berperanan mengatur acara yang terperinci selama 10 hari, dan, kalau terjadi hal-hal yang tidak wajar, mereka harus bersidang. Para mantir adalah para tetua dari berbagai kampung, yang bertugas mendampingi pangulu dalam persoalan adat. Hari ke-10 adalah hari pembakaran tulang dengan mengikuti rincian upacara yang teratur. Setelah pembakaran selesai, tulang-tulang itu dikumpulkan dan disirami air kelapa muda, lalu dibersihkan, dan diletakkan dalam gong. Kemudian wadian melakukan upacara namano, upacara ritual berupa perpisahan antara orang yang masih hidup dan roh yang akan pergi. Roh yang pergi itu akan tiba di tempat yang dituju, yaitu negeri indah, sehingga ia tidak perlu rindu kepada dunia fana. Setelah upacara namano selesai, barulah tulang-tulang tersebut dipindahkan dari gong ke dalam tambak.
Apabila upacara ijambe belum dilaksanakan terhadap kerabat tertentu, rohnya tidak dapat meneruskan perjalanan ke lewu liau. Oleh sebab itu, sebelum upacara ijambe dilaksanakan, para kerabat si mati harus menyediakan sajen untuk menjaga daya tahan si mati sampai mereka dapat melaksanakan upacara itu. Keadaan tidak menentu sebelum diadakannya upacara sangat dirisaukan oleh orang Dayak Ma’anyan, sebab kalau daya tahan si mati hilang, liaunya dapat hilang tak tentu rimba. Apabila ia sampai ke lewu liau, ia tidak akan dapat berkumpul dengan nenek moyangnya. Apabila pelaksanaan upacara ini tidak dilaksanakan sampai berlarut-larut, akan datang teguran bagi kerabat yang masih hidup, misalnya dalam bentuk kecelakaan. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan upacara ijambe juga penting bagi kerabat yang masih hidup.