PENGERTIAN FOTOGRAFI
Sebutan untuk proses pembuatan gambar dengan cahaya. Secara etimologi sebutan ini bermula dari kata Yunani, phos yang berarti cahaya dan graphein yang berarti menulis atau menggambar. Daya cipta fotografi sungguh mengagumkan dan penuh rangsangan. Foto atau potret yang dihasilkan dapat merupakan suatu catatan harian kehidupan dan rekaman beibagai peristiwa, suasana dan tempat yang dapat menggugah perasaan. Secara umum ada dua jenis fotografi, yaitu fotografi foto (potret) dan fotografi film (gambar bergerak). Di sini akan dijelaskan fotografi foto.
Dunia fotografi yang sekarang dikenal adalah hasil dua penemuan. Penemuan pertama, di bidang ilmu alam, menghasilkan kamera, sedangkan penemuan kedua, di bidang kimia, menghasilkan film. Pada mulanya penemuan itu tidak ada hubungannya satu sama lain, namun pada akhirnya saling berkait dan dalam keterkaitannya lahirlah fotografi. Fotografi ini lalu berkembang sebagai dunia teknologi tersendiri sampai sekarang.
Dari jutaan foto yang dihasilkan, secara umum fotografi dibagi atas dua kelompok besar. Kelompok pertama meliputi foto-foto ilustrasi, reportase dan artistik, sedang kelompok kedua meliputi foto-foto ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok pertama umumnya berisikan ilustrasi editorial dan periklanan untuk majalah, surat kabar atau buku-buku. Foto- foto artistik banyak juga digunakan sebagai koleksi pribadi atau untuk museum-museum seni.
Foto-foto kelompok kedua dituntut memiliki ketelitian perekaman objeknya. Untuk itu dibutuhkan kontrol yang tinggi dalam segala aspek situasi fotografi. Juga dibutuhkan peralatan canggih, banan kualitas tinggi dan teknik presisi tinggi. Biasanya foto kelompok ini digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan.
Proses Fotografi.
Secara luas fotografi dapat diartikan sebagai proses pembuatan gambar dengan lensa dan film, atau pelat peka cahaya. Untuk dapat mengabadikan suatu gambar dibutuhkan empat unsur penting, yaitu kamera, film, lensa dan objek. Dengan adanya pengalaman, pemotret dapat mempertinggi teknik fleksibilitas; ia, misalnya, dapat memperbesar daerah kemampuan pengambilan ganfbar dengan menambahkan peralatan penunjang seperti filter, pengukur cahaya, lampu kilat. Tetapi penambahan peralatan penunjang ini bukan suatu keharusan, sehingga tidak sedikit pemotret yang menggunakan peralatan dasar saja.
mengenai hal ini, di antaranya Ibnu al Haitam, Roger Bacon, Copernicus. Kepler, Leonardo da Vinci, Newton, dan Descartes. Tetapi Giovanni Battista della Porta berhasil melengkapi peralatan camera obscura dengan lensa sedeihana.
Alat potret pertama yang digunakan berupa sebuah kotak tertutup dengan sebuah lubang kecil pada salah satu dindingnya. Dalam bahasa Inggris kamera ini disebut pinhole camera; pinhole berarti lubang jarum. Alat ini tidak menggunakan lensa, tetapi hanya sebuah lubang sebesar ujung jarum yang berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya.
Pemilihan kamera tergantung jenis gambar, tingkat mobilitas, tingkat pencahayaan (exposure) dan komposisi yang dibutuhkan. Berdasarkan sistem bidikannya, kamera dibagi empat, yaitu: (1) kamera pengamat, tergolong kamera lama yang sering digunakan pada studio foto. Pada waktu memotret, pemotret harus berkerudung kain hitam di belakang kamera. Pengganda” film dilakukan pada setiap pemotretan; (2) kamera bidik penemu jarak dilengkapi sistem penemu jarak yang terdapat di sebelah jendela bidik. Pada kamera bidik, jendela bidik terletak di sebelah kiri. Kamera jenis ini diperuntukkan bagi siapa saja dan meliputi serta kamera sederhana. Hampir setiap merek memproduksi jenis ini; (3) kamera reflek lensa kembar mempunyai keunggulan pada kaca pembidik di bagian atas kamera. Gambar pemotretan tak menghilang pada setiap pemotretan dan ada kesempatan untuk meluaskan ruang lingkup pekerjaan. Kamera ini menggunakan film ukuran 120 dan cocok untuk studio foto, iklan, kalender, media massa. Keunggulan lain adalah bahwa seluruh p^nel muka beserta lensanya dapat diganti-ganti, bahkan dapat juga dipasangi lensa tele; (4) kamera reflek lensa tunggal mempunyai berbagai kemampuan, misalnya lensa dapat diganti-ganti, layar pembidik dapat diganti, dan penggunaannya dapat dibantu secara bebas filter dan lampu kilat. Kamera jenis ini termasuk kamera serba guna yang dapat digunakan secara amatir maupun profesional. Cahaya yang diterima lensa tidak mengalami paralaks, sehingga yang diterima lensa sama dengan objek yang dilihat pemotret.
Selain kamera di atas, banyak jenis kamera lain yang tujuannya lebih menyangkut ilmu pengetahuan dan membutuhkan ketelitian yang tinggi. Kamera tersebut di antaranya: (1) kamera udara untuk pemetaan. Pemotretan menggunakan pesawat pada ketinggian tertentu dengan kamera yang diletakkan menghadap ke bawah pada dasar pesawat; (2) kamera dalam air yang biasa digunakan para ilmuwan untuk penelitian di dalam air (laut) atau oleh para penyelam; (3) view- camera plaubel untuk pemotretan arsitektur dengan kemampuan mengubah posisi panel muka, sehingga dapat mencegah distorsi persfektif.
Kamera khusus lainnya, meliputi: (1) kamera polaroid yang dapat menghasilkan potret langsung jadi, sekitar satu menit setelah pemotretan. Sekarang
tersedia juga kamera model ini untuk film berwarna. Penggunaannya makin meluas, bahkan sampai ke pelosok perumahan, terutama oleh pemotret keliling; (2) kamera linhof yang biasanya digunakan untuk bidang profesional seperti periklanan dan pertunjukan.
Lensa ialah bagian kamera yang berfungsi meneruskan cahaya yang masuk ke dalam kamera. Pada lensa terdapat apa yang disebut titik api atau fokus, yaitu titik yang menampung dan meneruskan semua cahaya yang dibelokkan. Jarak antara pusat lensa dan fokus disebut jarak fokus dan harganya selalu tetap untuk setiap lensa sebagaimana yang tertera pada kamera.
Lensa ialah bagian kamera yang berfungsi meneruskan cahay^ yang masuk ke dalam kamera. Pada iensa terdapat apa yang disebut titik api atau fokus, yaitu titik yang menampung dan meneruskan semua cahaya yang dibelokkan. Jarak antara pusat lensa dan fokus disebut jarak fokus dan harganya selalu tetap untuk setiap lensa sebagaimana yang tertera pada kamera.
Pemilihan sebuah lensa tergantung pada beberapa faktor, seperti: (1) kecepatan (daya salur) lensa yang bergantung pada sifat permukaan lensa dan diameter lensa. Lensa yang berselaput mempunyai kecepatan tinggi karena pembiasan yang terjadi hanya sedikit; (2) daya pisah untuk melihat garis halus yang berderet satu sama lain; (3) penyajian warna yang sesuai dengan aslinya. Tetapi faktor ini bergantung pula pada manusianya, karena setiap manusia dapat berbeda dalam menilai warna; (4) kontras gambar yang didapat jika benda mendapatkan pencahayaan dengan intensitas berbeda. Faktor-faktor di atas sangat menentukan mutu foto yang dihasilkan. Ketajaman foto disebabkan oleh daya pisah dan kontras gambar.
Dalam pemakaiannya, lensa dibagi atas fungsinya: (1) lensa normal yang mempunyai pandangan normal dengan sudut pandang seperti mata. Lensa ini mempunyai fokus 50 milimeter dan kecepatan lensa sekitar 1,4. Lensa ini tidak menimbulkan distorsi gambar serta dapat digunakan dalam suasana suram. Tetapi untuk memotret manusia pada jarak dekat, lensa ini menimbulkan distorsi perspektif, sedang untuk memotret benda kecil jarak dekat harus ditambahkan lensa elose-up; (2) lensa sudut lebar dengan jarak fokus kurang dari 50 milimeter. Lensa ini dapat meluaskan pandangan dengan ruang ketajaman yang lebar, tetapi pada perspektif yang melebar dapat menyebabkan distorsi melebar pula. Distorsi yang terjadi adalah timbulnya lengkungan pada garis vertikal dan mendatar, sehingga bentuk-bentuk menjadi pendek; (3) lensa tele (teropong) mempunyai berbagai jarak fokus menurut objek yang diambil (manusia, binatang, adegan). Pemotretan dengan lensa tele dapat mendekatkan pandangan sehingga mempunyai daerah operasi yang luas, seperti pemotretan hal-hal yang penuh bahaya. Lensa ini mempunyai ruang ketajaman yang pendek, kepadatan perspektif karena distorsi, dan mengurangi sudut pandang. Lensa tele berbentuk lebar menyebabkan kesulitan dalam hal dudukan filter; (4) lenss makro digunakan untuk pemotretan jarak dekat tanpa adanya distorsi. Biasanya lensa ini digunakan unt”k menghasilkan potret besar dari objek kecil; (5) lensa zoom atau varifocal mempunyai keistimewaan mengubah jarak fokus sehingga untuk memotret objek yang jaraknya berlainan pemotret tidak perlu berpindah tempat.
Lensa kamera ibarat benda antik yang harus dirawat dengan hati-hati, karena adanya sedikit cacat dapat menghasilkan potret yang jauh dari harapan. Karena itu lensa membutuhkan perawatan yang cukup rumit. Permukaan lensa harus dijaga agar selalu bersih dari debu dan sentuhan jari >ang dapat membekas pada permukaan lensa. Pembersihan permukaan lensa dapat dilakukan dengan menggunakan kertas tisu, kertas tipis pembersih kacamata atau kain pembersih halus dengan atau tanpa cairan pembersih lensa. Tetapi terlalu sering menggosok permukaan lensa akan menghapus selaput coating, karena itu jika kamera sedang tidak dipakai sebaiknya lensa ditutup dengan tutupnya yang khusus. Harus dihindari peletakan lensa di daerah lembap, karena dapat menimbulkan jamur. Perawatan lensa terhadap jamur haruslah hati-hati, karena dapat menghilangkan coating permukaan. Dalam pada itu, jamur yang menyusup ke dalam lensa menyebabkan kerusakan dan lensa tak dapat dipakai lagi.
Film.
Ada tiga jenis film yang dapat menghasilkan tiga jenis potret, yaitu film hitam-putih, berwarna dan slide warna (transparan). Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih film adalah kecepatan film, kekontrasan, keseimbangan warna untuk film warna. Kecepatan film berhubungan dengan kecepatan
pembuatan gambar yang berarti kepekaan terhadap cahaya. Makin peka jenis film terhadap cahaya makin tinggi kecepatan film itu. Kecepatan film dinyatakan dengan satuan ASA (American Standard Association). Pada kamera otomatik kecepatan film diatur secara otomatik, sedang pada kamera yang pengaturannya dilakukan secara manual, setelah film dimasukkan ASA pada selektor kecepatan film harus disesuaikan dengan ASA filmnya. Jika hal ini tidak dilakukan maka akan timbul kesalahan dalam pencahayaan film, lebih atau kurang, karena selektor kecepatan film berkaitan dengan pengaturan masuknya cahaya.
Faktor kekontrasan antara terang dan gelap daerah objek kecil perbandingannya dan menghasilkan gambar dengan butiran yang-tampak jelas. Film kecepatan rendah (ASA 10-64) mempunyai butiran halus dan menghasilkan film negatif dengan faktor kontras tertinggi, tetapi dibutuhkan pengaturan cahaya rendah untuk mencegah terjadinya potret yang kabur (tidak tajam).
Film warna yang memberikan ketelitian reproduksi warna jika digunakan di siang hari dan menggunakan cahaya buatan akan memberikan hasil yang jelek. Untuk memperoleh ketelitian hasil, keseimbangan warna film haruslah sesuai dengan komposisi panjang gelombang cahaya pada subjek.
Pada awalnya film hanyalah berupa tuangan emulsi peka pada kaca. Lalu kaca diganti dengan seluloid, yang akhirnya berkembang sebagai film. Jadi film da-
pat diartikan sebagai seluloid dengan emulsi yang peka. Pada mulanya, untuk satu kali pemotretan digunakan satu lembar film. Dalam perkembangannya berlembar-lembar atau digulung. Satu gulung dapat dipakai untuk beberapa pemotretan, ukurannya pun menjadi lebih kecil mengikuti bentuk kamera yang semakin kecil. Filter yang diletakkan di depan lensa berfungsi untuk menyaring sinar yang tidak dikehendaki. Ada beberapa filter fotografi, di antaranya (1) filter konversi yang mengembalikan warna lampu atau penyimpangan dari warna putih kepada cahaya siang hari, misalnya film tungsten (warna) mengandung warna biru sehingga dengan filter konversi warna kuning semu (lampu pijar) dapat dikembalikan ke warna asal pada siang hari; (2) filter ultra violet yang dipasang terus dengan lensa standar berfungsi untuk menyaring efek ultra violet dan mempunyai pengaruh yang baik dalam fotografi hitam-putih dan berwarna. Filter ini juga berguna sebagai pelindung lensa dari debu dan sentuhan tangan, karena perawatan filter tidak terlalu sulit; (3) filter netral yang termasuk dalam golongan filter tidak berwarna, seperti filter kerapatan netral (neutral density) yang menurunkan kekuatan cahaya matahari, filter bernada abu-abu yang memberikan kontrol pencahayaan dengan pengurangan intensitas cahaya tanpa mengubah warna gambar, dan filter polarisasi yang mengurangi refleksi cahaya pada permukaan yang sampai pada lensa; (4) filter efek khusus yang berfungsi mengubah pandangan untuk mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa; (5) filter multi-coated yang mencegah refleksi intern oleh pantulan cahaya dalam lensa; dan banyak lagi. Banyaknya cahaya yang diserap oleh filter dinyatakan sebagai faktor filter. Penyerapan cahaya oleh filter akan mempengaruhi hasil pemotretan; besarnya tergantung pada faktor filter. Jika faktor itu bernilai satu maka tidak ada cahaya yang dapat diserap oleh filter. Sebagai kompensasi, penyerapan cahaya ini dibantu dengan pembukaan lensa lebar atau kecepatan pengaturan cahaya.
Pencahayaan.
Untuk memperoleh hasil pemotretan yang jelas, diperlukan cahaya yang pas, tidak lebih dan tidak kurang. Banyak cahaya yang baik untuk setiap jenis film dapat berbeda, sesuai dengan tingkat kepekaan film atau ASA-nya. Makin tinggi ASA film makin sedikit cahaya yang diperlukan. Cahaya berlebih akan menghasilkan potret hitam (hangus), sedang cahaya kurang menghasilkan potret pucat. Selain itu, juga ikut menentukan cuaca pada saat pemotretan (mendung atau cerah).
Walaupun banyak fotografi sudah cukup berhasil dengan menggunakan cahaya luar, kadang-kadang diperlukan tambahan cahaya bagi suatu adegan untuk pencahayaan yang tepat atau efek perbedaan pencahayaan. Sumber cahaya fotografi antara lain lampu pijar dan tungsten-halogen, bola lampu potret, dan lampu kilat elektronik. Sumber cahaya ini umumnya tidak mahal, kecil, ringan, tidak mahal dan mempunyai waktu pakai ribuan kali dengan intensitas tinggi dalam memancarkan warna cahaya siang hari,
Banyak kamera yang menyediakan sistem kontrol pencahayaan, tentu saja dengan penggunaan terbatas, sehingga perubahan tidak dilakukan lewat kontrol kamera tetapi dengan mengubah jarak antara pemotret dan sasaran. Intensitas iluminasi dapat dikendalikan dengan mengubah letak sumber cahaya agar lebih jauh atau lebih dekat dengan objek, dengan menggunakan sumber cahaya berbeda, atau dengan menempatkan bahan serap cahaya antara sumber cahaya dan objek.
Pengukur cahaya berfungsi mengukur kuatnya cahaya secara teliti guna mencegah kesalahan pencahayaan. Hampir semua kamera dewasa ini dilengkapi dengan pengukur cahaya. Pemasangan pengukur cahaya dapat di dalam, dapat pula di luar kamera, namun pada umumnya alat itu berada di dalam kamera dengan alasan agar cahaya yang diukur hanyalah cahaya yang masuk ke lensa.
Komposisi merupakan unsur yang cukup penting untuk menghasilkan fotografi yang baik. Komposisi mencakup sudut dan keadaan cahaya, juga apa yang akan dimasukkan ke dalam foto dan apa yang tidak dimasukkan. Komposisi dapat diatur dengan tiga langkah teknis, yaitu: (1) mengubah letak kamera, mendekati atau menjauhi objek, atau mengganti lensa yang membuat objek lebih besar atau lebih kecil; (2) mengubah letak kamera untuk memperjelas hubungan antara bagian-bagian objek atau menggeser elemen yang mengaburkan menjauhi objek utama; (3) mengatur fokus untuk membuat seluruh elemen tampil dengan tajam atau hanya bagian yang penting saja.
Warna. Pemotret yang baik harus mampu memupuk kesadaran warna yang tajam. Dalam sebuah foto, setiap warna mempunyai pengaruh atas warna- warna lain. Jarang ada foto yang berisi hanya warna kuat saja atau warna sejuk saja, melainkan paduan dari keduanya. Karena itu seorang pemotret yang baik harus dapat merancang warna yang paling tepat untuk fotografinya.
Melakukan pemotretan belum berarti langsung berhasil mendapatkan foto (potret), kecuali kalau orang menggunakan kamera polaroid. Setelah pemotretan masih ada rangkaian tahapan untuk menghasilkan potret, yang berhubungan dengan proses kimia.
Emulsi film berupa campuran perak bromida dan larutan perak nitrat yang peka cahaya. Maka ketika film dikenai cahaya pada saat pemotretan, butir perak bromida yang kena cahaya tersebut akan mengalami perubahan sifat. Perubahan ini akan jelas terlihat jika film yang kena cahaya dimasukkan ke dalam campuran air dan larutan kimia yang disebut obat pengembang, sehingga perak bromida berubah menjadi perak logam yang menghasilkan gambar hitam, bernama negatif. Proses yang dilakukan oleh cahaya disebut fotokimia, dan proses oleh obat pengembang disebut proses kimia. Agar bentuk negatif menjadi permanen (tidak berubah kena cahaya), digunakan obat penetap, setelah bentuk negatif ini dicuci dahulu (dengan air). Dari bejituk negatif inilah akan dihasilkan potret positif melalui beberapa tahap.