PENGERTIAN FOSIL
Dari kata Latin fodere, menggali, adalah sisa, bekas, maupun cetakan kehidupan masa lalu di bumi. Pada Abad Pertengahan, fosil diartikan apa saja yang digali dari dalam tanah, baik itu sisa tumbuhan, hewan, maupun batuan yang aneh. Paleontologi, yakni cabang geologi dan biologi yang mempelajari kehidupan purba di bumi, membatasi fosil hanya pada bukti yang dapat diraba dari tumbuhan dan hewan purba yang telah punah.
Kegunaan Fosil.
Nilai utama fosil adalah selaku rekaman yang tak diragukan mengenai berkembangnya kehidupan dari jaman ke jaman di bumi ini. Jadi fosil itu luar biasa pentingnya dalam stratigrafi dan dalam mempelajari evolusi. Di samping itu fosil penting dalam paleopatologi dan paleoekologi.
Evolusi.
Fosil menyajikan bukti yang sangat penting untuk mendukung teori evolusi. Misalnya untuk membuktikan munculnya avertebrata (hewan tanpa tulang belakang) purba dalam Jaman Kambrium dan perkembangan serta penganekaragaman binatang ini dalam Masa Palezoikum dan masa-masa berikutnya.
Paleopatologi mempelajari penyakit tumbuhan dan hewan yang sekarang telah punah. Sejumlah penyakit modern dapat dirunut kembali lewat kurun waktu ke masa lampau.
Paleoekologi mempelajari hubungan makhluk purba dengan lingkungannya. Ilmu ini tidak hanya mempelajari fosil, tetapi juga sedimen lingkungannya.
Stratigrafi.
William Smith menemukan bahwa adanya fosil-fosil tertentu terbatas pada strata sedimen tertentu. Kesimpulan ini memungkinkan orang mengurutkan usia sedimen berdasarkan fosil khas yang dikandungnya.
Perkembangan Perfosilan.
Pada tahun 450 SM, Herodotus, seorang sejarawan Yunani, telah menunjukkan perhatian akan fosil. Dari adanya kulit kerang di daratan Afrika utara, ia menyimpulkan bahwa Laut Tengah pernah terbentang sampai di daratan itu.
Paleontologi tak banyak berkembang pada Abad Pertengahan, karena Gereja Kristen bersikeras pada ajaran bahwa bumi diciptakan dalam enam hari, sehingga evolusi dan gerakan benua diyakini tidak mungkin terjadi. Fosil hanyalah ciptaan setan, atau paling-paling akibat gaya plastis dalam batuan.
Leonardo da Vinci merintis studi mengenai fosil, khususnya kulit kerang laut yang banyak dijumpai ketika orang menggali kanal di Italia utara. Ia mengemukakan beberapa teori, namun pada saat itu tak banyak orang yang memperhatikan teori tersebut.
Baru pada pergantian abad ke-18 dan 19 paleontologi ditegakkan sebagai suatu cabang ilmu. Paleontologi tidak hanya mempelajari perihal fosil, tetapi juga hubungannya dengan evolusi kehidupan di bumi.
Jenis Fosil.
Fosil dapat mengungkapkan suatu makhluk secara utuh, namun lebih sering hanya berupa bagian badan saja, seperti gigi, tulang, pecahan cangkang, atau daun. Fosil dapat terdiri atas bahan jaringan asli, bahan pengisi, dan bahkan hanya jejak kaki atau sekelumit sisa hewan atau tumbuhan.
Jaringan Asli yang Diawetkan. Dijumpai bangkai gajah dan badak dari Kala Pleistosen terawetkan dalam deposit aspal di Galicia Timur (Rusia). Juga didijumpai pada daun purba.
Telur Fosil jarang dijumpai, dan kalau dijumpai sukar menghubungkannya dengan burung atau reptil yang menelurkannya.
Jejak hewan purba yang telah memfosil agak lazim dijumpai. Meskipun sukar menghubungkannya dengan hewan purbanya, fosil jejak memberi petunjuk mengenai cara gerak hewan purba itu.
Sarang dan Liang. Sisa sarang dan liang yang ter- fosilkan menambah bukti adanya jenis makhluk purba. Namun sulit menghubungkan fosil sarang dan liang dengan binatangnya, kecuali bila dalam sarang itu juga dijumpai fosil binatangnya.
Koprolit ialah kotoran binatang purba yang telah memfosil.
Gastrolit ialah kerikil lambung berbentuk bulat yang ditelan oleh berbagai jenis reptil. Kerikil ini dijumpai bersama kerangka reptil purba.
Pencarian Fosil.
Setelah batuan yang diduga mengandung fosil yang diinginkan ditemukan dan digali, orang menggunakan pahat dan palu untuk mengeluarkan fosilnya. Fosil binatang bertulang belakang lebih rumit dan rapuh, sehingga harus ditangani dengan cermat dalam pengambilannya dari batuan dan
pengangkutannya ke laboratorium. Fosil yang rumit harus ditangani dengan menggunakan lak dan bahan pengeras lain, diperkuat, dikemas dalam bebat gips. Bila batuan yang mengurungnya sangat keras, harus digunakan alat penggetar supersonik dan ledakan angin. Penanganan di laboratorium umumnya lebih sukar bila diinginkan rekonstruksi yang tepat.
Bahan Bakar Fosil sebenarnya tidak banyak berkaitan dengan fosil. Istilah ini dilontarkan untuk minyak dan gas bumi serta batu bara untuk mengontraskan dengan energi bentuk lain (nuklir, matahari, panas bumi, biomassa, dll), karena bahan bakar fosil diperoleh dari tumbuhan dan hewan purba yang telah mati dan menumpuk serta berubah karena suhu, tekanan, dan waktu.