PENGERTIAN EMPU
Merupakan gelar atiu julukan bagi seorang seniman yang telah mampu membuat mahakarya dalam pengabdiannya terhadap seni. Ahli tatanegara, sastrawan, ahli karawitan, arsitek, dan pembuat keris yang berprestasi, mendapat gelar resmi sebagai seorang empu dari kerajaan. Namun di masyarakat, gelar empu lebih dikenal sebagai gelar bagi pembuat keris, misalnya Empu Gandring, Empu Supo, Empu Pitrang. Gelar empu juga pernah diberikan kepada almarhum Profesor Purbotjaroko oleh Universitas Nasional pada tahun 1964.
Empu Keris memulai kariernya dari tukang tempa yang membantu pandai keris. Di Pulau Jawa, pembantu pandai keris atau empu disebut panjak. Bertahun-tahun ia menempa dan membentuk besi calon keris sehingga ia mahir mengukur panas besi membara hanya dengan mengamati warna pijar dan per- cikan api dari pijar besi. Ia pun kemudian hafal cara menempa yang baik dengan memperhatikan kekuatan pukulan palunya, arah pukulannya, dan bentuk palu yang harus digunakan untuk mendapatkan hasil tempaan terbaik. Selain itu dengan bekerja sebagai panjak, orang dapat mendalami seluk beluk upacara pembuatan keris serta doa mantranya. Setelah mahir sebagai panjak dan berani menempa keris sendiri sejak awal pekerjaan sampai menghasilkan keris, biasanya panjak lalu bekerja sendiri sebagai pandai keris. Sebelum mulai bekerja ia harus menyiapkan sebuah besalen, bangunan untuk bengkel kerja dan peralatannya.
Peralatan Kerja Empu. Selain berbagai macam bentuk dan ukuran palu serta landasan besi, seorang empu harus memiliki beberapa peralatan lainnya. Sebuah prapen atau tungku pembakaran dan ububan atau penghembus udara, mutlak harus dimiliki. Kikirnya pun bermacam-macam. Ada yang berbentuk datar pipih biasa, ada yang datar cembung, ada yang segi tiga, dan ada pula kikir bulat kecil. Empu harus juga memiliki gurinda, beberapa alat penjepit atau catok, dan batu pengasah.
Sebelum mulai bekerja seorang empu harus pula menyiapkan bahan bakunya berupa beberapa jenis besi tempa, baja, dan bahan pamor. Bahan pamor ini diperoleh dari beberapa jenis besi tertentu, misalnya besi yang berasal dari daerah Luwu, Sulawesi. Selain itu nikel pun dapat digunakan sebagai bahan pamor. Seorang pandai keris yang indah karyanya biasanya lalu diminta bekerja untuk keperluan keraton. Sebelum melayani pesanan sang raja, mula-mula ia melayani para pangeran dan bangsawan keraton lainnya. Jika karyanya dianggap memuaskan, barulah ia melayani kepentingan raja.
Sebelum melayani pesanan raja pandai keris akan berusaha meningkatkan kemampuan spiritualnya. Pada jaman dulu peningkatan itu dicapai dengan bertapa atau tirakat, kemudian sejak jaman Kerajaan Mataram, para ulama keraton membimbingnya dengan pengetahuan agama. Jika sang raja kemudian puas akan hasil kerjanya, pandai keris itu diberi gelar empu.
Empu yang baik biasanya mendapat nama baru, gelar kebangsawanan dan dijamin hidupnya oleh keraton. Ada yang diberi gelar pangeran dan diberi sebidang tanah bebas pajak. Bahkan beberapa di antaranya dipungut menantu oleh pangeran atau raja. Empu yang mengabdi keraton, kadang-kadang datang dari daerah lain. Misalnya empu-empu Madura banyak yang bekerja di Mataram dan Kartasura. Yang terkenal di antaranya adalah Empu Brajaguna, yang nama aslinya Bjraguna. Ada pula empu-empu asal Mataram yang kemudian bekerja untuk keraton Kesultanan Palembang.
Empu-empu Terkenal. Buku-buku kuno yang memuat cerita tentang empu pembuat keris menyebutkan kisah beberapa empu yang dianggap sebagai keturunan dewa, dan membuat pusaka bagi para dewa.
Pada jaman Majapahit empu yang terkenal adalah Empu Supa Mandrangi, Empu Jigja, Empu Jakasura, dan Empu Pangeran Sendangsedayu. Pada jaman Pajang, yang terkenal Empu Umyang dan Empu Kodok. Pada jaman Mataram dikenal antara lain Empu Ki- nom, Empu Tepas, Empu Mayang, dan Empu Guling. Pada jaman Kartasura yang terkenal adalah Empu Brajaguna. Selain itu dari Madura yang terkenal adalah Empu Kasa dan Empu Macan, sedangkan dari Tuban antara lain Empu Peneti. Jawa Barat pun memiliki beberapa orang empu terkenal. Pada jaman v Segaluh atau Galuh dan jaman Pajajaran, yang terkenal adalah Empu Nyi Sombro, dan Empu Keleng.
Empu Masa Kini. Sekarang ini sudah tak ada lagi pembuat keris yang secara resmi mendapat gelar empu dari keraton. Tetapi para pembuat di daerah Yogyakarta dan Surakarta tetap dianggap sebagai empu oleh masyarakat. Di Yogyakarta, yang terkenal adalah Empu Jeno- harumbrojo yang tinggal di dekat Godean. Tahun 1986 ia melayani pesanan pembuatan keris dari Keraton Yogyakarta. Di Surakarta, yang terkenal adalah Empu Fauzan Pusposukadgo dan Empu Suparman. Sebenarnya keris buatan empu masa kini sudah cukup indah. Tetapi adanya anggapan masyarakat bahwa keris kuno yang tua lebih ampuh, lebih berharga, membuat para empu masa kini kurang dihargai hasil karyanya. Sekarang harga keris buatan baru yang baik sekitar Rp 450.000, dan karya itu dibuat sekitar satu setengah bulan.