PENGERTIAN EMPAT KEBENARAN MULIA
Merupakan ringkasan singkat seluruh ajaran agama Budha, karena semua ajaran yang terdapat pada Tripitaka tanpa kecuali tercantum dalam rumusan ini. Empat kebenaran adalah kebenaran tentang penderitaan, asal-mula penderitaan, musnahnya penderitaan, dan jalan berjalur delapan menuju pemusnahan penderitaan. Istilah pertama untuk menyatakan kebenaran ini adalah Cattari Ariya Saccani yang berbahasa Pali; dalam bahasa Sanskerta, berbunyi Cattvari Arya Satyani; dalam kitab Sanghyang Kamahayanikan berbahasa Kawi atau Jawa Kuno disebut Catur Arya Satya.
Kebenaran pertama mengajarkan bahwa semua bentuk kehidupan bagaimanapun juga adalah tidak memuaskan dan terpengaruh penderitaan (dukkha). Kebenaran kedua mengajarkan bahwa semua penderitaan dan semua kelahiran disebabkan keinginan (tanha). Kebenaran ketiga mengajarkan bahwa pemusnahan keinginan berakibat pemusnahan atau penghentian (nirodha) proses Icelahiran kembali dan penderitaan, yaitu tercapainya nibbana. Untuk mencapai ini, kebenaran keempat menunjukkan jalan berjalur delapan (magga) yang memungkinkan diperolehnya keadaan berhenti.
Dalam Sutta Pitaka, ditunjukkan bagaimana kebenaran itu diungkapkan Budha. Khotbah pertama berjudul Dhammacakkappavattana Sutta yang mencantumkan empat kebenaran mulia ini. Dikatakan bahwa kebenaran pertama (penderitaan) untuk dipahami sepenuhnya, kebenaran kedua (keinginan) untuk disingkirkan, kebenaran ketiga (nirwana) untuk direalisasikan, dan kebenaran keempat (jalan) untuk dikembangkan. Selain itu, dalam Visuddhi Magga, ke- ben. an penderitaan hendaknya disetarakan dengan suatu penyakit, kebenaran asal-mula penderitaan dengan penyebab penyakit, kebenaran pemusnahan penderitaan dengan penyembuhan penyakit, dan kebenaran jalan dengan obatnya.
Di pihak lain, empat kebenaran ini harus dipandang kosong dari diri karena tak dapat ditemukan agen perasaan, tak ada pelaku, tak ada yang dibebaskan, dan tak ada yang menapaki jalannya. Dalam kaitannya dengan ketidakkekalan, kebenaran pertama tidak terbatas hanya pada penderitaan yang dialami, yaitu penderitaan yang dirasakan. Sebagai akibat hukum ketidakkekalan universal, semua bentuk keberadaan, termasuk bentuk kehidupan paling lembut sekalipun, terkena perubahan dan kehancuran, yang membawa kesedihan dan tidak memuaskan. Akibat selanjutnya, semuanya tanpa kecuali mengandung benih penderitaan. Di sini terlihat kaitan antara empat kebenaran mulia dan tiga ciri keberadaan (tilakkhana).